MACAM-MACAM
TEKANAN DAN KAIDAHNYA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Linguistik
Dosen Pengampu:
Dr. Imam Fuadi, M.Pd
Disusun
Oleh:
Meilinda
Cahyaningrum
NIM. 175415018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA ARAB
PASCASARJANA IAIN TULUNGAGUNG
MEI 2016
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah
satu unsur suprasegmental yang mempunyai pengaruh dalam pembedaan arti ujaran
adalah tekanan. Suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem yang itu
bisa berupa tekanan suara (intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran
suara yang menunjukkan emosi tertentu.
Adapun
menurut Chaer, unsur-unsur suprasegmental adalah lafal, tekanana, intonasi, dan
jeda. Dalam makalah ini akan dipaparkan lebih jauh terkait salah satu unsur
bunyi suprasegmental yaitu tekanan. Tekanan ialah ucapan yang ditekankan pada
suku kata atau kata sehingga bagian tersebut tampak lebih keras atau menonjol
dari suku kata atau kata yang lain.
Yang
dimaksud dengan istilah ini adalah pengucapan yang terjadi pada pennggalan kata
tertentu sehingga terdengar lebih jelas dari penggalan kata yang lain. Hal in
terjadi dengan pengaktifan semua organ bicara secara serentak mulai dari
paru-paru, kerongkongan sampai bunyi tersebut keluar dari mulut atau hidung.
Dalam
sebagian bahasa, tekanan mempunyai peran yang sangat penting dalam membedakan
bentuk dan makna kata. Dalam bahasa yang seperti ini tekanan dapat membedakan
sebuah kata/kalimat dari bentuk kata/kalimat yang lain, dengan artian bahwa
tanpa keikutsertaan tekanan dalam penuturan kalimat, kita tidak akan dapat
mengerti maksud kalimat itu secara utuh.
Tekanan
memiliki tingkatan-tingkatan tertentu dan memiliki kaidah-kaidah tertentu.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai macam-macam tekanan dan
kaidah-kaidah dari tekanan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
pengertian tekanan?
2. Bagaimanakah
macam-macam tekanan dalam bahasa Arab?
3. Bagaimanakah
kaidah-kaidah tekanan pada kosakata bahasa Arab?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan
pengertian tekanan
2. Mendeskripsikan
macam-macam tekanan dalam bahasa Arab
3. Mendeskripsikan
kaidah-kaidah tekanan pada kosakata bahasa Arab
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tekanan
Tekanan
(nabr) atau dalam bahasa Inggris disebut stress adalah aktivitas
seluruh organ bunyi (speech organs) di waktu yang bersamaan. Pada saat
pengucapan suku kata yang diberi tekanan, kita dapat menyaksikan bahwa seluruh
organ bunyi beraktivitas secara penuh, dimana otot-otot paru-paru mengencang.
Demikian pula halnya dengan gerakan dua pita suara (vocal cords),
keduanya meregang dan saling mendekat satu sama lain untuk meminimalisir kadar
udara yang keluar sehingga frekuensi getaran pun bertambah. Efeknya, bunyi yang
dihasilkan menjadi kuat dan jelas di pendengaran. Situasi ini terjadi pada saat
pengucapan buny-bunyi bersuara (majhur). Sedangkan pada bunyi-bunyi tak
bersuara (mahmus), yang terjadi adalah kebalikannya, yakni kedua pita
suara saling menjauh lebih daripada saat produksi bunyi tak bersuara yang tidak
ditekan. Karenanya kadar udara yang dikeluarkan relatif lebih besar.[1]
Selain
itu, dapat ditemukan pula adanya aktivitas yang ekstra dari organ-organ bunyi
lain saat pengucapan bunyi yang ditekan, seperti pada langit-langit (palate),
lidah (tongue), dan kedua bibir (lips). Lain halnya saat produksi
bunyi yang tidak mendapat tekanan, dimana jarak antara kedua pita suara relatif
melebar sehingga tekanan udara pun ikut mengendor, dan pada gilirannya
frekuensi bunyi ikut berkurang. Hal yang sama juga terjadi saat produksi bunyi
tak bersuara, jarak kedua pita suara tidak terlalu lebar sehingga memungkinkan
keluarnya udara dalam kadar besar. Organ-organ bunyi lain dalam situasi ini
menjadi pasif dengan indikator langit-langit yang tidak menutupi rongga hidung
(nasal cavity) secara maksimal seperti terjadi saat produksi bunyi yag
mendapat nabr (stress). Jika dapat dilihat posisi lidah yang
kurang stabil dan mapan, serta melemahnya agresivitas gerak kedua lidah (lips).
Imbasnya, bunyi yang diproduksi pun tidak begitu jelas di pendengaran, bernada
rendah, dan sukar ditangkap dari jarak dimana bunyi yang mendapat nabr (stress)
dapat ditangkap dengan baik dari jarak itu.
Biasanya, seseorang ketika bertutur cenderung memberikan tekanan pada
bagian tertentu dari kata-kata yang diucapkannya. Tujuannya, untuk memperjelas
bagian-bagian itu di telinga pendengar. Tekanan inilah yang diesbut dengan nabr
atau stress.
Tekanan
menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan
dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti
dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang
diucapkan dengan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya
menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi
secara sporadis, mungkin juga telah berpola, mungkin juga bersifat distingtif
sehingga dapat membedakan makna, mungkin juga tidak distingtif.[2]
Berbeda
dengan nada, tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud
dalam tataran kalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan makna
dalam tataran kata (leksis). Dalam tataran kalimat tidak semua kata mendapatkna
yang sama. Hanya kata-kata yang dipentingkan atau dianggap penting saja yang
mendapatkan tekanan (aksen). Oleh karena itu, pendengar atau 02 harus
mengetahui maksud di balik makna tuturan yang didengarnya.[3]
B. Macam-Macam Tekanan
Pada
setiap pelafalan bahasa Arab memiliki tingakatan tekanan yang berbeda-beda
selama pelafalan ini berada dalam kata. Seperti dalam contoh kalimat كيف حالك؟ . kalimat tersebut mengantung 4 tingkatan
dalam tekanan. Adapun kata كيف (kayfa) terdiri atas dua satuan
atau dua suku kata yaitu كي
(kay) dan ف
(fa). Satuan atau suku kata yang pertama mengandung tekanan yang lebih
kuat dari pada satauan-satuan atau suku kata yang lain dalam kalimat tersebut.[4]
Tekanan
yang kuat disebut dengan tekanan pertama. Tekanan ini disimbolkan dengan
simbol: / \ /. Adapun satuan yang ketiga dari kalimat di atas termasuk jenis yang
pendek tetapi memanjang yang mendapatkan tingkatan yang lebih tinggi dari
satuan-satuan sebelumnya kecuali terhadap tekanan yang pertama. Tekanan yang
berada pada tingkatan setelah tekanan pertama dari segi kuatnya tekanan disebut
dengan tekanan kedua. Tekanan kedua ini disimbolkan dengan simbol / ˄ /.[5]
Tekanan
yang terletak pada suku kata yang keempat merupakan tekanan yang tingkatanya
berada posisi ketiga dari segi kekuatannya. Tekanan ini disebut dengan tekanan
pertengahan yang disimbolkan dengan / / / atau biasanya juga tanpa menggunakan
simbol. Adapun tekanan yang terletak pada suku kata yang kedua merupakan
tekanan lemah dan disimbolkan dengan / ˅ /. Maka jika disimbolkan kalimat كيف حالك adalah sebagai berikut:[6]
\ ˅
˄ /
كي ، ف ،
حا ، لك ؟
1 2 3
4
Tekanan
paling tinggi biasanya terletak pada instrumen-instrumen tertentu.
Instrumen-instrumen syarat juga menunjukkan adanya tekanan yang pertama atau
tekanan yang paling kuat. Kata-kata yang meminta adanya perbuatan ataupun
nama-nama dari kata kerja juga menunjukkan tekanan yang kuat dalam sebuah
kalimat. Contohnya pada kalimat توكلْ على الله
.
Kata yang pertama menunjukkan tekanan yang paling kuat dibandingkan kata
lainnya. Selain itu, kata-kata yang menunjukkan kata tanya, kata negasi, dan
kata larangan juga menunjukkan bahwa tekanan yang paling kuat berada dalam kata
tersebut.
Terkait
dengan tekanan, tidak mungkin mubtada’ dalam sebuah kalimat merupakan
tekanan yang paling kuat, melainkan kata yang menunjukkan tempat dari kalimat
tersebut. Contohnya pada kalimat محمد في الدار. Tekanan dalam kalimat tersebut bukan
terletak pada mubtada’nya melainkan terletak pada khabarnya yang
menunukkan tempat.[7]
Kuatnya
dan lemahnya tekanan merupakan perkara yang dipengaruhi oleh makna. Jika kita
mengatakan suatu suku kata tertentu atau yang spesifik maka sesungguhnya suku
kata tersebutlah yang memiliki tekanan paling kuat. Akan tetapi makna disini
tidak kita hukumi sebagai tekanan. Sebagaimana disebutkan di atas, tekanan
dalam bahasa Arab terbagi menjadi 4 yaitu tekanan pertama, kedua, pertengahan
dan lemah. Tekanan-tekanan tersebut memiliki simbol yang membedakan tekanan
yang satu dengan yang lainnya.
Tekanan
merupakan bagian dari fonem. Dalil ini bisa dipahami mengingat dua kalimat bisa
dikatakan serupa jika memiliki kesamaan dari segi kosa katanya dan urutanya.
Adapun dua kalimat bisa dikatakan berbeda jika berbeda dari segi tekanan dan
maknanya.[8]
C. Kaidah-Kaidah Tekanan
Pada
bagian ini kita akan memfokuskan pembahasan terkait kaidah tekanan pada tekanan
yang paling kuat atau tekanan pertama. Tidak ada hubungan antara ukuran suku
kata dengan ukuran sharaf dan tidak ada hubungan juga antara tekanan
dengan ukuran sharaf. Tekanan disusun berdasarkan ukuran suku kata. Maka wajib
dalam pembelajaran tekanan untuk meletakkan ukuran-ukuran suku kata bukan pada
tatanan sharaf. Setiap kata –yang terpenting terdiri atas suku-kata-
memiliki satu tekanan pertama saja. Berikut ini adalah kaidah-kaidah tekanan
dalam bahasa Arab.[9]
1. Kata-kata
pada suku kata yang pertama
Suku
kata pertama yang menunjukkan suara diam termasuk pada tekanan kuat.
2. Kata-kata
pada suku kata yang kedua
Suku
kata yang kedua dikatakan memiliki tekanan apabila termasuk dari jenis yang
panjang atau salah satu serangkai.
3. Suku
kata yang ketiga
Tekanan
terletak pada suku kata yang akhir jika termasuk jenis panjang dan serangkaian.
4. Suku
kata yang keempat
Tekanan
terletak pada suku kata yang akhir jika termasuk pada jenis panjang.
Adapun
Kholisin menjelaskan bahwa tekanan dalam bahasa Arab memiliki empat posisi.[10]
Yang paling populer adalah suku kata sebelum suku kata terakhir. Ringkasannya
ialah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
posisi tekanan dalam kosakata Arab, pertama kali denagn melihat suku kata
terakhir. Jika sebuah kata itu tersusun dari empat atau lima suku kata, maka
tekanan berada pada suku kata terakhir itu.
2. Jika
tersusun dari dua atau tiga suku kata, maka dengan melihat suku kata sebelum
suku kata terakhir. Di situlah tekanan itu terletak.
3. Jika
hanya tersusun dari satu suku kata, maka tekanan terletak pada huurf pertama.
4. Tekanan
tidak akan pernah berada pada suku kata keempat dihitung dari akhir kata
kecuali dalam satu kasus, yakni ketiga suku kata sebelum terakhir itu sejenis.
Demikianlah
posisi-posisi tekanan dalam bahasa Arab seperti dirumuskan oleh para pakar qira’at
di Kairo Mesir. Perlu dicatat, posisi tekanan dalam dialek-dialek bahasa Arab
kontemporer memiliki acuan kaidah yang berbeda-beda. Misalnya, kita kadang
mendengar warga masyarakat yang berdiam di daerah pegunungan memiliki perbedaan
dari warga perkotaan (Kairo) dalam meletakkan tekanan. Mereka, bahkan saat membaca
al-Qur’an cenderung memberikan stress pada suku kata ketiga dihitung
dari suku kata terakhir.
Selain
tekanan dalam kata, ada juga tekanan dalam kalimat, dimana si penutur
memberikan stress pada salah satu kata dalam kalimat yang diucapkannya
dengan maksud memberikan kesan khusus yang membedakannya dari kata-kata lain
dalam kalimat itu. Tujuannya sangat banyak, diantaranya:
1. Penekanan
perihal arti pentingnya atau isyarat akan muatan khusus di dalamnya.
2. Pesan
yang dikandung dalam kalimat terkadang berlainan seiring dengan perbedaan kata
yang memperoleh stress. Tekanan dalam kalimat itu amat populer dalam
banyak bahasa di dunia ini.
Nabr (stress) baik dalam
kata maupun kalimat ini tidak lain merupakan peninggian tingkat kenyaringan
bunyi. Kenyaringan dan ketinggian itu tergantung kepada kadar tekanan udara
yang dipompa dari paru-paru. Ini semua sama sekali tidak memiliki kaitan dengan
nada bunyi atau intonasi.
BAB
III
PENUTUP
Tekanan
merupakan salah satu unsur suprasegmental yang mempunyai pengaruh dalam
pembedaan arti ujara. Tekanan (nabr) atau dalam bahasa Inggris disebut stress
adalah aktivitas seluruh organ bunyi (speech organs) di waktu yang
bersamaan.
Tekanan
menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan
dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti
dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang
diucapkan dengan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya
menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak.
Dalam
bahasa Arab, tekanan dibagi menjadi 4. Pembagian tersebut didasarkan pada
tekanan yang dihasilkan tiap-tiap satuan suku kata. Adapun macam-macam tekanan
meliputi tekanan pertama yang merupakan tekanan paling kuat, tekanan kedua yang
merupakan tekanan yang berada pada posisi kedua setelah tekanan yang paling
kuat, tekanan pertengahan yang tekanannya berada pada posisi ketiga dan tekanan
lemah yang merupakan suku kata yang memiliki tekanan paling lemah.
Selain
itu, terdapat kaidah-kaidah tekanan yang berhubungan dengan macam tekanan yang
pertama. Kaidah-kaidah tersebut terletak pada kata-kata pada suku kata yang
pertama, kata-kata pada suku kata yang kedua, kata-kata pada suku kata yang
ketiga, dan kata-kata pada suku kata yang keempat.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Kholisin dan Hanafi,
Yusuf. 2005. Buku Ajar Fonologi
Bahasa Arab. Malang: JSA FS UM.
Muslich, Masnur. 2012. Fonologi
Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara.
كمال إبراهيم بدري. 1988. علم اللغة المبرمج. المملكة
العربية السعودية: مطابع جامعة الملك السعود.
[1] Kholisin dan
Yusuf Hanafi, Buku Ajar Fonologi Bahasa Arab, (Malang: JSA FS UM, 2005),
hlm. 68
[2]Abdul Chaer, Linguistik
Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) , hlm. 120-121
[3] Masnur Muslich,
Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 113
[4] كمال إبراهيم بدري، علم اللغة المبرمج، (المملكة العربية
السعودية: مطابع جامعة الملك السعود، 1988)، ص. 148.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar