METODE,
STRATEGI,
DAN MODEL PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
REVISI MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain
Kurikulum PBA
Dosen Pengampu:
Dr. Agus Zaenul Fitri, M.Pd./ Dr. Hj. Anin Nurhayati,
M.Pd.I
Disusun Oleh:
Meilinda Cahyaningrum
NIM. 175415018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
PASCASARJANA IAIN TULUNGAGUNG
JUNI 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab memiliki keistimewaan di banding bahasa lain.
Bahasa Arab merupakan bahasa internasional setelah bahasa Inggris. Bahasa ini
banyak digunakan di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Yaman, Oman,
Mesir, dan lain sebagainya. Di Indonesia, bahasa Arab termasuk dalam kategori
bahasa asing karena digunakan oleh orang-orang asing yang berkewarganegaraan
selain Indonesia. Bahasa asing merupakan bahasa yang dipakai atau digunakan
oleh orang luar negeri atau luar lingkungan pribumi.
Untuk mempelajari bahasa Arab diperlukan
pemahaman secara teoritis hirarkis terhadap empat kemampuan berbahasa (كفاءة
اللغوية). Dalam bahasa Arab empat kemampuan berbahasa tersebut
adalah istima’ (mendengar), kalam (berbicara), qira’ah
(membaca), dan kitabah (menulis). Keempat pilar kemampuan berbahasa
tersebut merupakan dasar yang penting untuk dapat memahami dan mempraktikkan
bahasa Arab.[1]
Mengajarkan bahasa Arab pada dasarnya sama
dengan mengajarkan bahasa-bahasa lainnya dimana seorang guru harus menguasai
metodologi pengajaran bahasa tersebut. Akan tetapi karena bahasa Arab memiliki
karakteristik yang khas tersebut di atas. maka seorang guru harus mencari
metode mana yang sesuai dan mempermudah siswa dalam menyerap materi pelajaran
yang diajarkan.
Makalah ini akan membahas matode-metode
pengajaran bahasa Arab yang bisa digunakan guru sebagai acuan dalam memilih
metode pengajaran bahasa Arab. Akan tetapi karena setiap metode memiliki
karakteristik tersendiri, maka kecermatan guru dalam memilih metode sangat
dibutuhkan agar pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien.
Selain metode, terdapat juga strategi dan model
pengajaran yang bisa digunakan oleh guru sebagai acuan melaksanakan proses
kegiatan belajar mengajar. Strategi dan model sangat penting juga dalam proses
KBM, karena bisa jadi guru sudah tepat memilih metode pembelajaran (طريقة
التدريس ) akan tetapi salah
dalam pemilihan model dan langkah-langkahnya sehingga kegiatan KBM menjadi
tidak efektif dan tidak sesuai dengan kondisi siswanya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah metode-metode yang terdapat dalam pengajaran bahasa Arab?
2.
Bagaimanakah strategi dan model
dalam pengajaran bahasa Arab?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Pengajaran Bahasa
Arab
Metode secara terminologis berarti cara, jalan, sistem, mazhab, haluan,
keadaan, tiang tempat berteduh, orang mulia, goresan (garis pada sesuatu).
Sedangkan pengertian metode secara terminologis adalah teknik pendidik di dalam
manyajikan materi pelajaran ketika terjadi proses pembelajaran. Dengan
demikian, maka metode adalah aspek teoritis yang dapat memotivisir suatu proses
aktivitas pembelajaran secara maksimal dan ideal, dengan ungkapan lain bahwa
metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan
pendekatan yang ditentukan, namun ia bukan merupakan tujuan akhir pembelajaran
suatu bahasa, karena metode itu sendiri bersifat prosedural.[2]
Adapun berdasarkan etimologinya, istilah metodologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu metodos yang berarti cara atau jalan, dan logos yang
berarti ilmu. Sedangkan secara semantik, metodologi berarti ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Metodologi pembelajaran
bahasa Arab adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk menyajikan bahan-bahan
pelajaran dan bahasa Arab agar mudah diterima, diserap dan dikuasai anak didik
dengan baik dan menyenangkan. [3]
Menurut Yusuf dan Anwar metodologi searti dengan kata
metodik (methodentic) yaitu suatu penyellidikan yang sistematis dan
formulasi metode yang akan digunakan dalam penelitian. Dengan kata lain
metodologi adalah ilmu tentang metode-metode yang mengkaji atau membahas
mengenai bermacam-macam metode mengajar, tentang keunggulannya dan
kelemahannya, lebih sesuai dengan penyajian pelajaran yang seperi apa,
bagaimana penerapannya dan sebagainya. [4]
Metode adalah langkah-langkah umum tentang
penerapan teori-teori yang ada pada pendekatan tertentu. Dalam tingkatan ini
diadakan pilihan-pilihan tentang keterampilan-keterampilan khusus mana yang
harus diajarkan, materi-materi apa yang harus disampaikan, dan bagaimana
urutannya. Terlihat disini bahwa metode jauh lebih operasional dibandingkan
dengan pendekatan, sebab metode sudah menginjak ke tingkat pelaksanaan di
lapangan. Tingkat pelaksanaan ini adalah penjabaran atas asumsi atau pendirian
yang dikemukakan di dalam pendekatan. Jadi bentuk metode yang digunakan dalam
pengajaran bahasa di lapangan tidak boleh bertentang dengan pendekatan, tetapi
harus mendukung anggapan-anggapan yang ada dalam pendekatan.[5]
Bagi seorang guru wajib mengetahui berbagai macam metode
untuk menjadi rujukan dalam pembelajaran. Metode merupakan salah satu dasar
untuk menghubungan materi pelajaran kepada peserta didik. Metode merupakan
rangkaian rencana yang memuat kemampuan dan tujuan yang dikemukakan guru,
pola-pola akan akan diikuti guru dalam kegiatan pembelajaran. [6]
Metode merupakan rencana program yang bersifat menyeluruh (holistik-komprehensif)
yang berhubungan erat dengan teknik penyajian materi pelajaran secara teratur
dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas pendekatan tertentu. Kalau
pendekatan lebih bersifat aksiomatis, metode justru bersifat prosedural.[7]
Karena itu, bila seorang pengajar bahasa menganut pada pendekatan, ia dapat melahirkan
bermacam-macam metode yang berbeda-beda. Beraneka macam metode tersebut
bergantung pada berbagai faktor yang turut serta mempengaruhinya. Berikut akan
dipaparkan metode pengajaran bahasa Arab.
1.
Metode Gramatika-Terjemah (طريقة
القواعد و الترجمة)
a.
Asumsi
Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu “logika semesta” yang
merupakan dasar semua bahasa di dunia ini, dan bahwa tata bahasa merupakan
bagian dari filsafat dan logika. Belajar bahasa dengan demikian dapat memperkuat
kemampuan berpikir logis, memecahkan masalah dan menghafal.[8]
Asumsi berikutnya ialah bahwa bahasa pada dasarnya merupakan sistem tata
bahasa, oleh karena itu menguasai tata bahasa menjadi syarat untuk dapat berbahasa. Metode
ini juga berasumsi bahwa bahasa ibu atau bahasa pertama merupakan sistem yang
menjadi referensi untuk memperoleh kemahiran kedua.
b.
Karakteristik
Karakteristik metode gramatika terjemah ini menurut effendy adalah sebagai
berikut:[9]
1)
Tujuan mempelajari bahasa asing adalah agar mampu membaca karya sastra
dalam bahasa target, atau kitab keagamaan dalam kasus belajar bahasa Arab di
Indonesia.
2)
Materi pelajaran terdiri atas: buku nahwu, kamus atau daftar kata, dan teks
bacaan.
3)
Tata bahasa disajikan secara deduktif, yakni dimulai dengan penyajian
kaidah diikuti dengan contoh-contoh, dan dijelaskan secara rinci dan panjang
lebar.
4)
Kosa kata, kalimat, dan struktur diberikan berdasarkan keperluan untuk menjelaskan
kaidah nahwu.
5)
Teks bacaan berupa karya sastra klasik atau kitab keagamaan lama.
6)
Basis pembelajaran adalah
penghafalan kaidah tata bahasa dan kosa kata, kemudian penerjemahan harfiah
dari bahasa target ke bahasa pelajar dan sebaliknya.
7)
Bahasa ibu pelajar
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar-mengajar.
8)
Peran guru aktif sebagai
penyaji materi. Peran pelajar pasif sebagai penerima materi.
c.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari metode gramatika-terjemah
adalah sebagai berikut:
1)
Pelajar menguasai dalam
arti hafal di luar kepala kaidah-kaidah tata bahasa dari bahasa asing yang
dipelajari.
2)
Pelajar memahami isi
detail bahan bacaan yang dipelajarinya dan mampu menerjemahkannya secara
harfiah.
3)
Pelajar memahami
karakteristik bahasa target dan banyak hal lainnya yang bersifat teoritis,
kemudian dapat membandingkannya dengan karakteristik bahasa ibu.
4)
Metode ini memperkuat
kemampuan pembelajar dalam mengingat dan menghafal
5)
Bisa dilaksanakan dalam
kelas besar dan tidak menuntut kemampuan guru yang ideal, dalam arti memiliki
keterampilan bahasa target yang dalam hal ini adalah bahasa Arab.
Kekurangan dari metode gramatika-terjemah
adalah sebagai berikut:
1)
Metode ini lebih banyak
mengajarkan tentang bahasa bukan mengajarkan kemahiran berbahasa.
2)
Metode ini hanya
mengajarkan kemahiran membaca, sedikit kemahairan menulis, sedangkan kemahiran
menyimak dan berbicara diabaikan.
3)
Terjemahan harfiah sering
mengacaukan makna kalimat dalam konteks yang luas, dan hasil terjemahannya
tidak lazim menurut citrarasa bahasa ibu siswa.
4)
Pelajar hanya mempelajari
satu ragam bahasa, yaitu ragam bahasa tulis klasik, sedangkan bahasa tulis
modern dan bahasa percakapan tidak diperoleh oleh siswa.
5)
Kosakata, struktur, dan
ungkapan yang dipelajari oleh siswa mungkin sudah tidak dipakai lagi atau
dipakai dalam arti yang berbeda dalam bahasa modern.[10]
2.
Metode Langsung (الطريقة
المباشرة)
a.
Asumsi
Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua
atau bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu. Juga didasarkan atas asumsi
yang bersumber dari hasil-hasil kajian psikologi asosiatif. Berdasarkan kedua
asumsi tersebut pengajaran bahasa khususnya pengajaran kata dan kalimat harus
dihubungkan langsung dengan benda, sampel atau gambarnya, atau melalui peragaan,
permainan peran, dan lain sebagainya. Dalam metode ini, pembelajar harus
dibiasakan berpikir dalam bahasa target, oleh karena itu penggunaan bahasa ibu
pembelajar dihindari sama sekali.[11]
b.
Karakteristik
Karakteristik metode langsung ini menurut Effendy antara lain adalah
sebagai berikut:[12]
1)
Tujuan utamanya ialah
penguasaan bahasa target secara lisan agar pelajar bisa berkomunikasi dalam
bahasa target.
2)
Materi pelajaran berupa
buku teks yang berisi daftar kosa kata dan penggnaannya dalam kalimat. Kosa
kata itu umumnya konkrit dan ada di lingkungan siswa.
3)
Kaidah-kaidah bahasa
diajarkan secara induktif, yaitu berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil
kesimpulan.
4)
Kosa kata konkret
diajarkan melalui deminstrasi, peragaan, benda langsung, dan gambar, sedangkan
kata-kata abstrak melalui asosiasi, konteks, dan definisi.
5)
Kemampuan komunikasi lisan
dilatihkan secara cepat melalui tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi
yang bervariasi.
6)
Kemampuan berbicara dan
meyimak kedua-duanya dilatihkan.
7)
Guru dan siswa sama-sama
aktif, tapi guru berperan memberikan stimulus berupa contoh ucapan peragaan dan
pertanyaan, sedangkan siswa harus merespon dalam bentuk menirukan, menjawab
pertanyaan, memeragakan, dsb.
8)
Ketepatan pelafalan dan
tata bahasa ditekankan.
9)
Bahasa target digunakan
sebagai bahasa penpgantar secara ketat, dan penggunaan bahasa ibu pelajar
dianggap sebagai pelanggaran.
10)
Kelas diciptakan sebagai
lingkungan bahasa target buatan atau menyerupai
“kolam bahasa”, tempat
siswa berlatih bahasa target secara langsung.
c.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari metode
langsung adalah sebagai berikut:
1)
Pelajar terampil menyimak
dan berbicara
2)
Pelajar menguasai
pelafalan dengan baik seperti atau mendekati penutur asli.
3)
Pelajar mengetahui banyak
kosa kata dan pemakaiannya dalam kalimat.
4)
Pelajar memiliki
keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi.
5)
Pelajar menguasai tata
bahasa secara fungsional tidak sekedar teoritis. Kekurangan dari metode
langsung adalah sebagai berikut:
1)
Pelajar lemah dalam
kemampuan membaca pemahaman karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa
lisan.
2)
Memerlukan guru yang ideal
dari segi keterampilan berbahasa dan kelincahan dalam penyajian pelajaran.
3)
Tidak bisa dilaksanakan
dalam kelas besar.
4)
Tidak diperbolehkannya
pemakainan bahasa ibu menyebabkan terbuangnya waktu untuk menjelaskan satu kata
yang abstrak.
3.
Metode Membaca (الطريقة
القراءة)
a.
Asumsi
Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pengajaran bahasa tidak
bisa bersifat multi-tujuan, dan bahwa kemampuan membaca adalah tujuan yang
paling realistik ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa asing dan kemudahan
dalam pemerolehannya. Kemahiran membaca merupakan bekal bagi pembelajar untuk
mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Dengan demikian asumsinya bersifat
pragmatis, bukan filosofis teoritis.[14]
b.
Karakteristik
Karakteristik metode membaca ini antara lain adalah sebagai berikut:[15]
1)
Tujuan utamanya adalah
kemahiran membaca, yaitu agar pelajar mampu memahami teks ilmiah untuk
keperluan studi mereka.
2)
Materi pelajaran berupa
buku bacaan utama dengan suplemen daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan
isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk perluasan, buku latihan mengarang
terbimbing dan percakapan.
3)
Basis kegiatan
pembelajaran adalah memahami isi bacaan, didahului oleh pengenalan kosa kata
pokok dan maknanya, kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru.
Pemahaman isi bacaan melalui proses analisis, tidak dengan penerjemahan
harfiah, meskipun bahasa ibu boleh digunakan dalam mendiskusikan teks.
4)
Membaca diam lebih
diutamakan daripada membaca keras (قراءة
جهرية).
5)
Kaidah bahasaditerangkan
seperlunya tidak boleh berkepanjangan.
c.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari metode membaca adalah sebagai
berikut:
1)
Pelajar terlatih memahami
bacaan dengan analisis, tidak melalui penerjemahan.
2)
Pelajar menguasai kosa
kata dengan baik.
3)
Pelajar memahami
penggunaan tata bahasa.
Kekurangan dari metode membaca adalah sebagai
berikut:
1)
Pelajar lemah dalam
keterampilan membaca nyaring.
2)
Pelajar tidak terampil
dalam menyimak dan berbicara, karena yang menjadi perhatian utama adalah
keterampilan membaca.
3)
Pelajar kurang terampil
dalam mengarang bebas.
4)
Karena kosa kata yang
dikenalkan hanya yang berkaitan dengan bacaan, maka pelajar lemah dalam
memahami teks yang berbeda.[16]
4.
Metode Audio-lingual (الطريقة
السمعية الشفوية)
a.
Asumsi
Metode audiolingual didasarkan atas beberapa asumsi, antara lain bahwa
bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena itu pengajaran bahasa harus
dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau
kalimat kemudian mengucapkannya, sebelum pelajaran membaca dan menulis.
Asumsi lain dari metode ini adalah bahwa bahasa adalah kebiasaan. Suatu
perilaku akan menjadi kebiasaan apabila diulang berkali-kali. Oleh karena itu,
pengajaran bahasa harus dilakukan dengan teknik pengualangan atau repetisi.
Ajarkan bahasa dan jangan mengajarkan tentang bahasa juga merupakan prinsip
dasar dalam metode ini. Oleh karena itu pelajaran bahasa harus diisi dengan
kegiatan berbahasa bukan kegiatan mempeljari kaidah-kaidah bahasa.
Metode ini juga didasarkan atas asumsi bahwa bahasa-bahasa di dunia ini
berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, pemilihan bahan ajar harus berbasis
hasil analisis kontrastif, antara bahasa ibu pelajar dan bahasa target yang
sedang dipelajarinya. Selain itu asumsi
lainnya adalah bahwa metode ini didasarkan juga oleh teori tata bahasa
struktural. Dalam teori ini, struktur tata bahasa dianggap sama dengan
pola-pola kalimat.[17]
b.
Karakteristik
Karakteristik metode
audiolingual ini antara lain adalah sebagai berikut:[18]
1)
Tujuan pengajarannya
adalah penguasaan empat keterampilan berbahasa secara seimbang.
2)
Urutan penyajiannya adalah
meyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis.
3)
Model kalimat bahasa asing
diberikan dalam bentuk percakapan untuk dihafalkan.
4)
Penguasaan pola kalimat
dilakukan dengan latihan-latihan pola. Latihan atau drill mengikuti urutan stimulus
– response – reinforcement.
5)
Kosa kata itu dibatasi
secara ketat dan selalu dihubungkan dengan konteks kalimat atau ungkapan, bukan
sebagai kata-kata lepas ynag berdiri sendiri.
6)
Pengajaran sistembunyi
secara sistematis (berstruktur) agar dapat digunakan /dipraktekkan oelh
pelajar, dengan teknik demonstrasi , peniruan, komparasi, kontras, dan
lain-lain.
7)
Pelajaran menulis
merupakan representasi dari pelajaran berbicara, dalam arti pelajaran menulis
terdiri dari pola kalimat dan kosa kata yang sudah dipelajari secara lisan.
c.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari metode audiolingual adalah sebagai berikut:
1)
Para pelajar memiliki
keterampilan pelafalan yang bagus.
2)
Para pelajar terampil
membuat pola-pola kalimat baku yang sudah dilatihkan.
3)
Pelajar dapat melakukan
komunikasi lisan denagn struktur yang benar karena latihan menyimak, latihan
berbicara, dna dril-dril pola kalimat yang intensif.
4)
Suasana kelas hidup karena
para pelajar tidak tinggal diam, harus terus menerus merespon stimulus guru.
Kekurangan dari metode audiolingual adalah sebagai berikut:
1)
Respon pelajar cenderung
mekanistis, sering tidak mengetahui atau tidak memikirkan makna ujaran yang
diucapkan.
2)
Pelajar bisa berkomunikasi
dengan lancar hanya apabila kalimat yang digunakan telah dilatihkan sebelumnya
di dalam kelas.
3)
Makna kalimat yang
diajarkan biasanya terlepas dari konteks, sehingga pelajar hanya memahami satu
makna, padahal satu kalimat atau ungkapan bisa mempunyai beberapa makna.[19]
5.
Metode Komunikatif (الطريقة
الاتصالية)
a.
Asumsi
Metode komunikatif memiliki landasan teoritis yang kuat
yaitu hakekat dan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi sosial.
Metode komunikatif juga didasarkan atas asumsi bahwa setiap manuisa memiliki
kemmapuan bawaan yang disebut dengan “alat pemerolehan bahasa”. Oleh karena itu
kemampuan berbahasa bersifat kreatif fan lebih ditentuakan oleh faktor
internal. Dengan demikian, relevansi dan efektivitas kegiatan pembiasaan dengan
model latihan stimulus – response – inforcement dipersoalkan.
Asumsi berikutnya ialah bahwa penggunaan bahasa tidak
hanya terdiri atas empat keterampilan berbahasa, tapi mencakup beberapa
kemampuan dalam kerangka komunikatif yang luas, sesuai dengan peran dari
partisipan, situasi, dan tujuan interaksi.
Asumsi yang lain ialah bahwa belajar bahasa kedua dan
bahasa asing sama seperti belajar bahasa pertama, yaitu berangkat dari
kebutuhan dan minat pelajar. Oleh karena itu analisis kebutuhan dan minat
pelajar merupakan landasan dalam pengembangan materi pelajaran.[20]
b.
Karakteristik
Karakteristik dari metode
komunikatif adalah sebagai berikut:[21]
1)
Tujuan pengajarannya ialah
mengembangkan kompetensi. Pelajar berkomunikasi dengan bahasa target dalam
konteks komunikatif yang sesungguhnya atau dalam situasi kehidupan yang nyata.
2)
Salah satu konsep dasar
dalam komunikatif adalah kebermaknaan dari setiap bentuk bahasa yang dipelajari
dan keterkaitan bentuk, ragam, dan makna bahasa dengan situasi dan konteks
berbahasa itu.
3)
Dalam proses belajar
mengajar, siswa bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam
aktivitas komunikatif yang sesungguhnya. Sedangkan pengajar memprakarsai dan
merancang berbagai pola interaksi antar siswa, dan berperan sebagai
fasilitator.
4)
Aktivitas dalam kelas
diwarnai secara nyata dan dominan oleh kegiatan-kegiatan komunikatif, bukan
dril-dril manipulatif dan peniruan-peniruan tanpa makna.
5)
Materi yang disajikan
bervariasi, tidak hanya mengandalkan buku teks, tapi ditekankan pada
bahan-bahan otentik.
6)
Penggunaan bahasa ibu
dalam kelas tidak dilarang, tapi diminimalkan.
7)
Dalam komunikatif,
kesilapan siswa ditoleransi untuk mendorong keberanian siswa berkomunikasi.
8)
Evaluasi dalam komunikatif
ditekankan pada kemampuan menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata, bukan pada
penggunaan struktur bahasa .
c.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari metode komunikatif adalah
sebagai berikut:
1)
Pelajar termotivasi dalam
belajar karena pada hari pertama pelajaran langsung dapat berkomunikasi dengan
bahasa target.
2)
Pelajar lancar
berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi gramatikal, sosiolinguistik,
wacana, dan strategis.
3)
Suasana kelas menjadi
hidup.
Kekurangan dari metode komunikatif adalah sebagai berikut:
1)
Memerlukan guru yang
menguasai keterampilan komunikatif secara memadai dalam bahasa target.
2)
Kemampuan membaca, dalam
keterampilan tingkat ambang tidak mendapatkan porsi yang cukup.
6.
Metode Eklektik (الطريقة
الانتقائية)
Metode ini didasarkan atas asumsi bahawa (1) tidak ada metode yang ideal
karena masing-masing mempunyai segi-segi kekuatan dan kelemahan, (2) setiap
metode mempunyai kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk mengefektifkan
pengajaran, (3) lahirnya metode baru harus dilihat tidak sebagai penolakan
kepada metode lama, melainkan sebagai penyempurnaan, (4) tidak ada satu metode
yang cocok untuk semua tujuan, semua guru, semua siswa, dan semua program
pengajaran, (5) yang terpenting dalam pengajaran adalah memenuhi kebutuhan
pelajar, bukan memenuhi kebutuhan suatu metode, (6) setiap guru memiliki
kewenangan dan kebebasan untuk memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan
pelajar.
Metode eklektik ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oelh
penguasaan guru secara memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat
mengambil secara tepat segi-segi kekuatan dari setiap metode dan
menyesuaikannya dengan kebutuhan program pengajara yang ditanganinya, kemudian
menerapkannya secara proporsional.[23]
Selain metode-metode di atas, pada masa sekarang terdapat tiga buah metode pengajaran
bahasa yang dianggap inovatif (baru dan banyak membuat perubahan) dan sering
menjadi obyek pembicaraan para ahli didik, ahli bahasa, dan psikiater dalam
lokakarya, seminar, simposium, dan konferensi pengajaran bahasa asing dari
tahun ke tahun di Amerika dan Eropa. Ketiga metode yang dimaksud adalah Suggestopedia,
Counselling Learning, dan The Silent Way. [24]
Metode-metode itu muncul setelah metode audio-lingual hampir habis masa
jayanya.
Cara belajar bahasa memakai metode audio-lingual
yang didasarkan pada pendapat bahwa belajar bahasa kedua untuk orang dewasa
sebaiknya dengan mengikuti cara anak belajar bahasa ibu, yaitu dengan menirukan
dan mengulangi berkali-kali dianggap cara belajar seperti burung beo. Cara
belajar demikian disanggah oleh Noam Chomsky yang mengatakan bahwa belajar
bahas yang demikian hanya mementingkan struktur permukaan bahasa itu saja,
sedangkan makna bahasa itu sendiri yang tersimpan dalam diri si pembicara
terabaikan.[25]
Sejak revolusi bahasa Chomsky ini, para ahli bahasa mulai
lebih mengalihkan perhatiannya pada segi psikologis belajar bahasa. Berbagai
variabel kejiwaan yang mempengaruhi orang belajar bahasa kedua diteliti untuk
dapat memperoleh metode yang tepat.
B. Strategi dan Model PBA
Strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Upaya mengimplementasikan rencara pembelajaran yang
telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat
tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi
satu strategi pembelajaran (أستراتيجي
التدريس ) menggunakan beberapa metode.
Contohnya untuk melaksanakan strategi
ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau
bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk
menggunakan media pembelajaran. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode.
Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan
metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan
kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something;
sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Sedangkan model-model pembelajaran (شكل التدريس ) sendiri biasanya disusun berdasarkan
berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,
analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung. [26]
Model dan strategi yang dijelaskan dalam
makalah ini berdasarkan yang dikemukankan Effendy dalam bukunya “Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab.[27] Secara umum, strategi
belajar bahasa itu sendiri melibatkan tiga aspek yaitu daya kognitif (kemampuan
menyerap, menyimpan, dan mengambil kembali informasi dari pikiran),
metakognitif (kemampuan memonitor proses pikiran), dan faktor sosial/afektif
(kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan mengendalikan emosi).[28]
1. Pembelajaran Quantum
Pembelajaran Quantum adalah sebuah model pembelajaran yang berupaya
menawarkan proses belajar-mengajar agar pembelajar dapat belajar dengan
perasaan aman, nyaman, dan menyenangkan. Untuk menciptakan suasana tersebut,
pengajar harus memahami keadaan pembelajar termasuk kebiasaan belajarnya, dan
faktor-faktor penghambat proses pembelajaran. Setelah itu baru dirancang dan
diciptakan suatu lingkungan belajar yang mendukung terciptanya suasana belajar
tersebut. Upaya tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran
berdasarkan teori konstruktivitas.
2.
Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning merupakan suatu macam strategi pembelajaran secara berkelompok, siswa
belajar bersama dan saling membantu dalam membuat tugas dengan penekanan pada
saling support di antara anggota. Siswa yang belajar dalam kelompok akan
belajar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang belajar dalam sistem
klasikal.
Menurut teori motivasi, tujuan belajar kooperatif adalah untuk menciptakan
suatu situasi dimana keberhasilan dapat tercapai bila siswa lain juga mencapai
tujuan tersebut. Maka pembelajaran bersifat kooperatif, bukan kompetitif, dan
keberhasilan belajar adalah keberhasilan kelompok bukan keberhasilan individu.
3. Pembelajaran Aktif Inovatif
Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM)
PAIKEM adalah model pembelajaran yang digunakan
bersama metode tertentu disertai pengkondisikan lingkungan sedenikian rupa agar
proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efetktif, dan
menyenangkan. Sehingga para siswa mudah menyerap pengetahuan dan keterampiln
yang diajarkan. PAIKEM adalah pembelajaran yang mendorong peserta didik aktif
secara fisik, sosial, dan mental untuk dapat memahami dan mengembangkan
kecakapan hidup.
4. Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem
Based Learning adalah pendekatan
pembelajaran yang mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri yang terlibat
langsung secara aktif dalam pemecahan masalah secara berkelompok. PBL membantu
siswa mengembangkan keterampilan mereka dalam berpikir dan memberikan alasan
ketika mereka mencari data atau informasi agar mendapatkan solusi untuk suatu
masalah yang otentik.
5. Computer Assist Language
Learning (CALL)
Di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
ini lahir berbagai istilah, antara lain e-learning yang salah satu bentuknya
adalah CALL atau pembelajaran bahasa berbantuan komputer. Penggunaan komputer
dalam lingkup CALL dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (1) komputer
sebagai alat, (2) komputer sebagai pelaksana perintah dari pembelajar dengan
menggunakan bahasa pemrogaman, dan (3) komputer sebagai alat yang memberi
instruksi dan materi pembelajaran.
Analisis
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing
yang dipelajari di sekolah-sekolah di Indonesia. Bahasa ini sering kali
dikaitkan dengan bahasa agama dan banyak dipelajari di pondok-pondok pesantren di
seluruh pelosok negeri. Belajar bahasa Arab bukanlah sesuatu yang mudah bagi
pelajar Indonesia. Hal ini dikarenakan bahasa Arab memiliki karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan bahasa ibu mereka yaitu bahasa Indoensia. Selain
itu bahasa Arab memiliki kaidah-kaidah tata bahasa sendiri yang sangat kompleks
jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa asing lain yang mereka pelajari.
Hal ini berlaku bukan hanya bagi pelajar
bahasa Arab melainkan berlaku pula untuk pengajar bahasa Arab. Dikarenakan
karakteristiknya yang khas inilah para pengajar bahasa Arab dituntut untuk
menemukan cara yang mudah dan terbaik untuk mengajarkan bahasa Arab. Untuk
mengejarkan bahasa Arab dengan baik, seorang pengajar bahasa Arab dituntut
untuk mengetahui metodologi pembelajan bahasa Arab.
Terdapat banyak metode yang bisa dipilih guru
untuk mengajarkan bahasa Arab seperti metode yang disebutkan dalam makalah ini
meliputi metode gramatika terjemah, metode langsung, metode membaca, metode
audio-lingual, metode komunikatif dan metode eklektik. Akan tetapi
metode-metode tersebut memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya serta memiliki kelebihan maupun kekurangan. Maka dari itu
sebelum menentukan metode yang ingin digunakan, guru harus cermat dan teliti menganalisa
kebutuhan murid-muridnya dan menentukan tujuan dari pembelajarannya. Guru harus
memperhatikan kondisi lingkungan belajar siswa agar pembelajan berlangsung
efektif.
Selain metode, adapula model dan strategi
pembelajan yang mana bisa membantu guru menyampaikan materi pelajaran dan
mengkondisikan kelas. Macam-macam model yang dikemukakan dalam makalah ini
adalah pembelajaran quantum, koooperatif, PAIKEM, pembelajaran berbasis
masalah, dan CALL. Sama halnya dalam pemilihan metode, pemilihan model pembelajaran
dan langkah-langkah pembelajaran haruslah didasari atas analisa kebutuhan
peserta didik. Guru harus mengetahui karakter dari siswa yang diajarnya karena
ini merupakan kunci dari keberhasilan pembelajaran.
Kosa Kata
Metode pembelajaran : طريقة التدريس
Model pembelajaran : شكل التدريس
Strategi pembelajaran : أستراتيجي
التدريس
Metode gramatika terjemah : طريقة
القواعد و الترجمة
Metode langsung : الطريقة
المباشرة
Metode membaca : الطريقة
القراءة
Metode audiolingual : الطريقة
السمعية الشفوية
Metode komunikatif : الطريقة
الاتصالية
Metode Eklektik : الطريقة
الانتقائية
Kemampuan berbahasa : كفاءة
اللغوية
Membaca keras : قراءة
جهرية
Membaca diam : قراءة صامتة
Extensive reading : قراءة موسعة
Metode klasik : الطريقة
الكلاسيكية
Metode guru diam : الطريقة
الصامتة
Metode belajar konseling : الطريقة التعلم الارشاد
Metode suggestopedia :الطريقة الاعزية
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode, model dan strategi merupakan hal yang
penting dalam perencanaan pembelajaran khusunya bagi seorang calon guru. Dengan
mengatehui ketiga hal tersebut bisa membantu guru dalam mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran.
Terdapat beberpa metode yang digunakan oleh
seorang guru bahasa Arab untuk membantu menyampaikan materi pelajaran.
Metode-metode tersebut seperti metode gramatika terjemah, metode langsung,
metode membaca, metode audio-lingual, metode komunikatif dan metode eklektik.
Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga
diperlukan kecermatan guru dalam memilih metode mana yang sesuai dengan materi
dan kondisi siswanya.
Begitu pula dengan model dan strategi
pembelajaran. Ada beberapa model dan strategi pembelajaran bahasa Arab yang
bisa digunakan guru seperti pembelajaran quantum, koooperatif, PAIKEM,
pembelajaran berbasis masalah, dan CALL. Model dan strategi tersebut memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya.
B.
Saran
Pembahasan mengenai metode, model dan strategi
dalam makalah ini masih sangat terbatas dan kurang referensi. Maka diharapkan
kepada pembeca maupun penulis selanjutnya yang membahas tema serupa untuk
mengembangkan makalah ini. Selain itu makalah ini juga masih memiliki banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan penulis untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR
RUJUKAN
Djiwandono, Patricius Istiarto. 2009. Strategi
Belajar Bahasa Inggris. Jakarta: Indeks.
Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi pengajaran
Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Hermawan, Acep . 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa
Arab. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Irsyad, Azhar. Bahasa Arab danMetode Pengajarannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Izzan, Ahmad. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa
Arab. Bandung: Humaniora.
Muhajir, As’aril. 2004. Psikologi Belajar
Bahasa Arab. Jakarta: Bina Ilmu
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pers.
Yusuf, Tayar. 2009. Metodologi Pembelajaran. Jakarta:
Gramedia.
Zulhannan. 2014. Teknik
Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. Jakarta: Rajawali Pers.
حسن
شحاتة. دوم سنة. تعليم اللغة العربية بين النظرية و التطبيق. مصر: دار مصر
الطباعة.
[2] Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 80-81
[5] Acep
Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 168
[24] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hlm 18
[28] Patricius Istiarto Djiwandono, Strategi Belajar Bahasa Inggris,
(Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 1
terimakasih banyak semoga berkah
BalasHapusSangat membantu dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran,syukran katsiran🙏
Hapus